Resume “Tawazun”

Tawazun secara bahasa yaitu menyeimbangkan. Dalam kehidupan Allah telah mengejarkan kita untuk berperilaku seimbang, termasuk dalam melakukan hak dan kewajiban. Sebagaimana Allah SWT telah menciptakan musim kemarau setelah hujan, pagi setelah malam, gelap setelah terang, dan begitupun sebaliknya.

berperlaku seimbang sangatlah penting dalam kehidupan beragama, sebagaimana agama telah mengajarkan tiga potensi manusia yang membutuhkan keseimbangan, diantaranya :

  1. Jasmani, manusia diberikan jasmani yang begitu sempurna agar dapat menjalankan kewajibannya untuk beribadah kepada penciptanya, merawatnya dengan baik termasuk membutuhkan makan, beristirahat dan sebagainya.
  2. Akal, yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Kebutuhan akal adalah ilmu sehingga dengan akal maka seseorang dapat memutuskan jalan yang terbaik untuk dirinya sehingga dapat menghindar dari segala perbuatan yang dialrang oleh agama.
  3. Rohani, kebutuhan rohani adalah dzikrullah. dengan senatiasa mengingat Allah SWT, maka hati akan menjadi tentran dan jiwa tidak akan pernah kosong dan rapuh sebab yakin akan datangnya pertolongan Allah SWT, bagi orang yang mengimaninya.

sebagaimana tiga potensi tersbut jika kita melakukannya dalam keadaan seimbang maka sesungguhnya kita dapat tergolong sebagai umat pertengahan. Tidak berlebih-lebihan dan juga merasa kekurangan, dengan mensyukuri segala nikmat yang Allah SWT berikan kepada kita.

akhirul kalam, semoga tulisan ini bermanfaat buat kita semua.

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Resume “Niat, Ikhlas, dan Syukur”

2897-kunci-sukses-itu-ikhlas-tersenyum-karena-syukur-dan-selalu

Terdapat tiga komponen penting yang di ajarkan dalam agama, yaitu Niat, Iklas dan Syukur. selama kita berpegang teguh kepada ketiganya, niscaya segala sesuatunya tidak ada yang sia-sia. Sebab kita menyndarkan segala urusan kepada Allah SWT sang pemilik kekuasaan.

niat berfungsi untuk membedakan tujuan kita dalam melakukan sesuatu termasuk dalam hal ibadah. niat berasal dari dalam hati, sehingga segala sesuatu yang dilakukan manusia tergantung dari niatnya. adapun kata pepatah “segala sesuatunya tergantung pada niat” selama kita beniat baik, maka kembaikan akan menyertai kita dan begitupun sebliknya

Ikhlas adalah buah dan intisari dari iman. ikhlas berarti melakukan segala sesuatu dengan mengharap ridha Allah SWT. setelah berniat maka kita dianjurkan melakukan segala sesuatunya dengan ikhlas dengan mengharap ridha allah semata.

syukur adalah merasa puas dengan segala nikmat yang telah diberikan Allah SWT. Hakikat syukur adalah “menampakkan nikmat,” dan hakikat kekufuran adalah menyembunyi- kannya. Menampakkan nikmat antara lain berarti menggunakannya pada tempat dan sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemberinya, juga menyebut-nyebut nikmat dan pemberinya dengan lidah: “Adapun terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah engkau menyebut-nyebut” (QS Adh-Dhuha [93]: ll).

93_11

“Dan terhadap ni’mat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan. Karunia berupa pengetahuan kenabian, Al-Qur’an dan agama Islam hendaknya disebar luaskan kepada yang lain”

Akhir kata marilah kita senantiasa melakukan sesuatu dengan niat kebaikan, melakukannya dengan penuh keikhlasan dan menerima segala hasilnya dengan penuh rasa syukur atas nikmat yang tak hnti hentinya diberikan Allah SWT.

semoga kita senantiasa mendapat rahmat oleh Allah SWT, agar kita tidak terlena dengan segala kemewahan dunia sehingga menjadikan kita kufur nikmat, naudzubillah.

Sekian yang dapat saya sampaikan akhirul kalam,

Assalamu Alaikum Warahmatullahi wabarakatuh

Resume “Berbakti Kepada Kedua Orang Tua”

4a0c0862d560216bc63ff35b41b2b3e5

Orang Tua adalah Anugrah terindah yang kita miliki sebab kita tidak akan lahir dan merasakan indahnya dunia tanpa adanya kodrat ayah dan ibu sebagai ketetapan Allah SWT. oleh sebab itu, kita diwajibkan berbakti kepada kedua orang tua jangankan membentak keduanyaberkata “ahh” saja tidak dianjurkan oleh nabi, jangan sampai kita menyaktii dan malukai hati keduanya karena ia telah memberikan kasih sayang yang beribu-ribu tulusnya kepada kita. Ibu yang sangat tulus mengandung kita selama 9 bulan, menyusui, merawat dan membesarkan kita dan ayah yang telah memberikan nafkah lahir bathin kepada kita. termasuk menyekolahkan anak-anaknya agar dapat menjadi anak yang berguna.

betapa mulianya kedudukan kedua orang tua kita dihadapan Allah SWT. Sehingga dalam hadist Rasulullah SAW, “ridha allah tergantung ridha orang tua dan murka allah tergantung pada murka orang tua.”

terdapat dalam hadist :

Pada kesempatan lain Imam Shadiq as bersabda, “Seseorang yang berbuat baik kepada kedua orangtuanya semasa keduanya masih hidup namun ketika keduanya telah meninggal dunia, hutang-hutangnya tidak dilunasi, dan tidak pernah memohonkan ampun bagi kedua orangtunya, maka Allah mencatatnya sebagai anak yang durhaka. Sementara seseorang yang berbuat durhaka kepada kedua orangtuanya semasa hidupnya, namun ketika keduanya telah wafat, melunasi hutang-hutang keduanya dan memohonkan ampun bagi kedua orang tuanya, maka Allah akan mencatatnya sebagai anak yang berbakti kepada kedua orangtuanya.”

akhir kata, marilah kita muliakan kedua orangtua kita kita berniat memperjuangkan masa depan demi membahagiakan kedua orang tua kita dan meyebutnya dalam doa agar ia selalu medapatkan ridha Allah SWT

doa_OrangTua

 

 

“ya allah ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku sayangilah mereka sebgaimaan mereka telah mnyayangiku sewaktu kecil”

akhirul kalam, assalamu alaikum wr.wb

TAWAZUN

Tawazun artinya keseimbangan. “Sebagaimana Allah telah menjadikan alam beserta isinya berada dalam sebuah keseimbangan sebagaimana tercantum dalam surah al-mulk : 3

67_3

 

 

“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?”

Manusia dan agama lslam kedua-duanya merupakan ciptaan Allah yang sesuai dengan fitrah Allah. Mustahil Allah menciptakan agama lslam untuk manusia yang tidak sesuai Allah (30: 30). Ayat ini menjelaskan pada kita bahwa manusia itu diciptakan sesuai dengan fitrah Allah yaitu memiliki naluri beragama (agama tauhid: Al-Islam) dan Allah menghendaki manusia untuk tetap dalam fitrah itu. Kalau ada manusia yang tidak beragama tauhid, itu hanyalah karena pengaruh lingkungan

Sesuai dengan fitrah Allah, manusia memiliki 3 potensi, yaitu :

  1. Al-Jasad (Jasmani),
  2. Al-Aql (akal)
  3. Ar-Ruh (rohani).

Islam menghendaki ketiga dimensi tersebut berada dalam keadaan tawazun (seimbang). Perintah untuk menegakkan neraca keseimbangan ini dapat dilihat pada QS. 55: 7-9.

30_730_8

 

 

 

“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai. Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya.”

Ketiga potensi ini membutuhkan makanannya masing-masing. :

  1. Jasmani.
    Mu’min yang kuat itu lebih baik dan lebih disukai Allah daripada mukmin yang lemah (HR. Muslim). Kebutuhannya adalah makanan, yaitu makanan yang halaalan thayyiban (halal dan baik) [80:24, 2:168], beristiharat [78:9], kebutuhan biologis [30: 20-21] & hal-hal lain yang menjadikan jasmani kuat.
  2. Akal
    Yang membedakan manusia dengan hewan adalah akalya. Akal pulalah yang menjadikan manusia lebih mulia dari makhluk-makhluk lainnya. Dengan akal manusia mampu mengenal hakikat sesuatu, mencegahnya dari kejahatan dan perbuatan jelek. Membantunya dalam memanfaatkan kekayaan alam yang oleh Allah diperuntukkan baginya supaya manusia dapat melaksanakan tugasnya sebagai khalifatullah fil-ardh (wakil Allah di atas bumi) [2:30, 33:72]. Kebutuhan akal adalah ilmu [3:190] untuk pemenuhan sarana kehidupannya.
  3. Ruh (hati)
    Kebutuhannya adalah dzikrullah [13:28, 62:9-10]. Pemenuhan kebutuhan rohani sangat penting, agar roh/jiwa tetap memiliki semangat hidup, tanpa pemenuhan kebutuhan tersebut jiwa akan mati dan tidak sanggup mengemban amanah besar yang dilimpahkan kepadanya.

Dengan keseimbangan manusia dapat meraih kebahagian hakiki yang merupakan nikmat Allah. Karena pelaksanaan syariah sesuai dengan fitrahnya. Untuk skala umat, ke-tawazunan akan menempatkan umat lslam menjadi umat pertengahan/ ummatan wasathon [2:143]. Kebahagiaan itu dapat berupa:
– Kebahagiaan bathin/jiwa, dalam Bentuk ketenangan jiwa [13:28]
– Kebahagian zhahir/gerak, dalam Bentuk kestabilan, ketenangan beribadah, bekerja dan aktivitas lainnya.
Dengan menyeimbangkan dirinya maka manusia tersebut tergolong sebagai hamba yang pandai mensyukuri nikmat Allah. Dialah yang disebut manusia seutuhnya.

Contoh-contoh manusia yang tidak tawazun

  •  Manusia Atheis: tidak mengakui Allah, hanya bersandar pada akal (rasio     sebagai dasar) .
  • Manusia Materialis: mementingkan masalah jasmani / materi saja.
  • Manusia Pantheis (Kebatinan): bersandar pada hati/ batinnya saja.

Sekian Dakwah yang saya sampaikan, semoga bisa menjadi manfaat untuk kita semua agar menjadi teguran untk menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat. yang pada dasarnya, kehidupan dunia hanyalah sebagai jembatan untuk kehidupan kekal di akhirat

akhirul kalam,

Assalamu Alaikum warahmatullahi wabarakatuh.